ayat alkitab balok depan matamu tidakkah engkau melihatnya

Jari telunjuk bagian dari 5 jari dalam tangan manusia. Termasuk anda. Karena anda memiliki jari. Nah coba sekarang anda gunakan jari telunjuk untuk menunjuk ke segala arah. Lalu fokuslah pada titik yang menjadi sasaran dari jari anda. Berapa jarikah yang menunjuk ke arah itu, satu bukan? Biasanya she...satu. Iya betul satu.

Sementara jari-jari lainnya mengarahnya kemana, ke anda sendirikan? Iya anda benar empat jari lainnya mengarah ke anda sendiri. Hal yang sama, terdapat pula pada orang lain yang sedang melakukan hal serupa sisa jari paling banyak ke dalam dirinya sendiri.

Kurang lebih seperti ini ketika kita merespon sebuah kegagalan yang sedang terjadi. Catatan ini dapat menjadi referensi penting untuk mencegah terjadinya hal serupa. Bukan penyakit saja yang perlu di cegah, kegagalan juga dapat kita cegah sedini mungkin ketika alarm diri sudah berbunyi sedikit.

Dalam merespon kegagalan, kita justru menjadi peribadi bukan yang sebenarnya. Karena kita, sering menyalahkan orang lain. Dalam kondisi seperti ini, sebenarnya kita memperagakan kesalahan diri kita sendiri. Namun sayangnya, kita tidak berada dalam ranah kesadaran diri yang utuh.

Pesan Tuhan Yesus, dalam firmannya:
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Lukas 6:41

Penulis tidak sedang mengambil ayat alkitab ini untuk pendalaman iman dalam konteks renungan hidup keimanan sebagai orang Kristiani. Tetapi lebih kepada motivasi refleksi diri sebagaimana saya singgung pada bagian awal penulisan ini.

Anda maupun saya, kerap membubui telinga dengan renungan apik yang di sampaikan oleh hamba-hamba Tuhan; Pastor, suster, beruder, dan pendeta tentang ayat di atas. Nasihat terbaik dari pesan mereka kita jawabnya apa ya..kira-kira.
Amin...terima kasih Tuhan Yesus
Amin...terpujilah Engkau ya Bapa, dan berkatilah para gembalaMu yang membawa renungan ini.
Begitu bukan? Ya rata-rata she...begitu.

Sayangnya nasihat baik itu hanya di hayati saat kita mendengar pembawa renungan. Setelah itu hilang begitu saja. Entah kemana. Pada akhirnya, masuk telinga kiri keluarnya lewat telinga kanan.

Dalam kegagalan, sering kita menunjuk orang lain sebagai biang dari kegagalan yang terjadi dan kita alami. Kita lebih enggan untuk mencermin diri ke dalam atau merefleksi diri lebih jauh. Intropeksi diri menjadi tuntunan penting bagi semua orang ketika menerima segala kenyataan didalam hidupnya, termasuk disaat terjadi yang namanya kegagalan. Karena sesuatu yang terjadi sebagian besarnya berasal dari dalam diri sendiri bukan bersumber dari orang lain.

“kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda” ini adalah ungkapan yang sering didengar. Ungkapan ini, menjadi penghibur diri yang sangat dianjurkan. Dengan meyakini ungkapan ini berarti kita menanam harapan untuk pantang menyerah.

Karena penulis yakin! Bahwa setiap orang tidak menginginkan yang namanya kegagalan berkali kali dan secara terus menerus dalam hidup. Namun sebaliknya, setumpuk kegagalan akan membuat usia pikir menjadi lebih rekat dan kuat sehingga di masa mendatang kita dapat melakukan berbagai antisipasi untuk menghindari yang namanya kegagalan.

Seorang yang sukses atau berhasil dalam hidupnya, pastilah ia punya banyak pengalaman dan kegagalan. Karena keberhasilan dan kesuksesan tidak bersifat instant. Hanya Mie saja yang instant! Iya kan! Sehingga memahami diri, menjadi point terpenting dan lebih baiknya lagi dengan mencatat hal hal yang menjadi kekurangan atau kelemahan anda.

Beberapa hal yang menjadi penyebab utama dalam kegagalan


Pertama, tidak sabar
Kebanyakan diantara kita punya impian dan mimpi besar. Dalam menggapainya, tidak melihat dan tidak ingin menikmati prosesnya, pengennya cepat. Alhasil kita melakukannya dengan buru-buru. Sadarkah anda, bahwa keberhasilan dan kesuksesan itu membutuhkan yang namanya proses, waktu dan juga tenaga. Tergantung pada jenis keberhasilan yang telah anda tetapkan. Jika anda sebagai penjual sepeda, tentu perjuangan waktu dan pikiran anda berbeda disaat anda menjual sepeda yang harganya Rp 7000,000 dengan sepeda yang harganya Rp 23000,000.

Kedua, egois
Kebiasaan ini, harus anda singkirkan jika anda mencita-citakan hidup sukses. Baik dalam berkarir maupun dalam menempuh pendidikan. Egois, tidak hanya berlaku dalam anda mendapatkan sesuatu dan tidak membaginya kepada orang lain. Bentuk sikap egois yang lain adalah disaat mengalami kegagalan dengan menunjukan orang lain sebagai sumber kegagalan untuk mengamankan posisi pikiran dan diri anda. Ini bukan sesuatu yang terpuji. Tetapi, ini yang perlu anda singkirkan.

Ketiga, serakah
Serakah, menjadi salah satu sumberi dari kegagalan. Mungkin anda pernah mendapat pengalaman saat dimana anda berada dalam puncak usaha ataupun karir anda. Lalu kemudian anda harus memulainya dari awal lagi. Berbagi dengan orang lain itu penting, semakin banyak anda memberi semakin banyak pula anda menerima. Hari ini anda memberi besok anda akan diberi. Hukum alamnya seperti itu sobat. Jadi jika anda mendapat berkat dari Tuhan, jangan diam-diam sendiri saja, brow. Berilah kepada orang-orang terdekatmu ataupun kepada saudara yang membutuh makanan. Syukur kalau lebih berilah kepada mereka yang lebih membutuhkan.

Contoh doa Katolik dalam kegagalan

Bapa, sumberi pengharapan sejati. Firman dan penguatanMu selalu menjadi cahaya terang yang selalu bersinar disepanjang waktu. Aku sadar, bahwa apa yang sedang kualami saat ini oleh karena kelemahan dan kekurang dari diri sendiri. Namun, aku sadar bahwa aku adalah ciptaanMu yang banyak kelamahan dan kekurangan.

Berilah aku semangat baru, dan jangan Engkau membiarkan aku putus asa dalam kegagalan ini. Aku tahu, Engkau mengingat dan tidak melupakan aku ciptaanMu ini. Sebaliknya, Engkau memberiku cahaya terang didalam hatiku dan pikiranku agar aku sanggup melihat kehendak terbaikMu dalam kegagalanku ini.

Semoga aku dapat memetik hikmat dari kegagalan ini, dan lebih memahami diriku sendiriku dari kegagalanku ini sehingga mendatangkan keberhasilan dalam hidupku selanjutnya.

Bapa, semua ini, aku persatukan dalam penderitaan dan wafat Yesus Kristus, agar akupun bangkit dalam semangat baru, cara hidup yang baru, seperti PuteraMu yang bangkit dari mati. Sebab Dialah juru selamat yang merintis jalan untuk bangkit dan pulih dalam semangat yang baru. Bapa, kepadaMu aku serahkan doa ini. Amin

Dalam kegagalan kita mesti secermat mungkin merefleksi diri kita sendiri agar dapat menata diri kembali dalam semangat yang baru. Sebagai manusia yang adalah ciptaan Tuhan kekeliruan cara berpikir dan tinggal laku adalah hal yang wajar sebab hanya TUHAN saja yang sempurna. Itulah sebabnya, kita membutuhkan doa sebagai penguatan dan harapan disaat kita menerima sebuah kegagalan. Semoga artikel dan doa ini dapat bermanfaat.