Perang kerugian serius bagi umat manusia, kata Paus Fransiskus.
Pada minggu 11 Agustus pukul 9:14 pagi, Paus Fransiskus menandai peringatan ke 70 konvensi jenewa dengan mendesak perlindungan kehidupan dan martabat manusia dalam konflik bersenjata.Pesan yang mendesak ini disampaikan Paus, setelah doa Angelus. Seperti diberitakan catholicnewsagency.com minggu 11 Agustus 2019, lebih lanjut dalam pidatonya itu, Bapa Suci menyampaikan, “Kita jangan lupa bahwa perang dan terorisme merupakan kerugian serius bagi seluruh umat manusia,”
Lihat Juga:
- Hanya melalui Roh Kudus orang Kristen dapat bangkit dari segala keterbatasan
- Tips menjaga keluarga dari kuasa Roh Jahat oleh St. Sharbel Makhlouf
Konvensi Jenewa adalah” instrumen hukum internasional penting yang memberlakukan batasan pada penggunaan kekuatan dan ditujukan untuk melindungi warga sipil dan tahanan di masa perang,” kata Paus Fransiskus.
Ditandatangani setelah Perang Dunia II pada 12 Agustus 1949, keempat Konvensi Jenewa memperluas hukum humaniter internasional untuk memberikan perlindungan bagi warga sipil selama perang dan protokol selanjutnya untuk memperlakukan secara manusiawi terhadap tahanan perang, orang yang terluka dan juga orang sakit.
Paus Fransiskus mendesak pentingnya melindungi warga dan struktur sipil saat ini, terutama rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, dan kamp-kamp pengungsi.
Bulan lalu Bapa Suci berbicara, setelah serangan udara menghantam pusat penahanan migran di tengah konflik bersenjata di Libya, yang menewaskan lebih dari 50 orang. "Komunitas internasional tidak dapat mentolerir dengan fakta-fakta serius seperti itu," kata Paus, pada tanggal 7 Juli lalu.
Rumah sakit dan sekolah juga menjadi sasaran selama perang saudara Suriah. Lebih dari 300 fasilitas kesehatan di Suriah diserang dalam konflik pada tahun 2018, menurut Physicians for Human Rights.
Akhirnya, Paus Frnsiskus berharap bahwa, peringatan Konvensi Jenewa dapat membantu negara-negara saat ini agar lebih “sadar akan kebutuhan yang sangat diperlukan dalam melindungi kehidupan dan martabat manusia sebagai korban konflik bersenjata.”
Pesan Iman
“Kita diundang, yaitu untuk hidup dengan iman yang murni dan dewasa, yang mampu menerangi banyak 'kegelapan hidup,'” Paus menjelaskan bahwa "pelita iman harus dipelihara secara terus menerus dengan pertemuan Yesus dari hati ke hati dalam doa dan mendengarkan Firman-Nya."“Iman yang sejati membuka hati kita kepada orang lain serta mendorong kita menuju persekutuan yang nyata dengan saudara-saudara kita, terutama bagi mereka yang membutuhkan,” kata Paus Fransiskus.
"Pikiran tentang pertemuan terakhir kita dengan Bapa, kaya akan belas kasihan, memenuhi kita dengan harapan, dan mendorong kita pada komitmen yang kuat bagi pengudusan kita dan untuk membangun dunia persaudaraan yang lebih adil dalam persaudaraan," kata Paus Fransiskus menutup pidatonya pagi itu.
Oleh: Time Penulis ElyoenaiBlog.net/sumber tercantum/
0 Komentar